Sisingamangaraja XII

Sisingamangaraja XII : Sejarah Perjuangan Melawan Penjajah

Sisingamangaraja XII memiliki nama lengkap Patuan Besar Ompu Pulo Batu adalah seorang raja di Negeri Toba dan pejuang yang berperang melawan Belanda. Ia diangkat oleh pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 9 November 1961.

Asal Sisingamangaraja XII

Baca juga : Gerakan Aceh Merdeka : Organisasi Kelompok Bersenjata

Sisingamangaraja XII adalah keturunan seorang pejabat yang ditunjuk oleh raja Pagaruyung yang sangat berkuasa ketika itu, yang datang berkeliling di kawasan utara Sumatra untuk menempatkan pejabat-pejabatnya. Dalam sepucuk surat kepada Marsden bertahun 1820, Thomas Stamford Raffles menulis bahwa para pemimpin Batak menjelaskan kepadanya mengenai Sisingamangaraja yang merupakan keturunan Minangkabau dan bahwa di Silindung terdapat sebuah arca batu berbentuk manusia sangat kuno yang diduga dibawa dari Pagaruyung.

Melawah Penjajah

Kala itu pasukan Belanda ingin menguasai daerah Tapanuli dengan bersiasat melaksanakan misi suci yaitu menyebarkan agama kristiani. Kedatangan Belanda saat itu membuat Sisingamangaraja curiga ia pun tak tinggal diam dengan itu.

Akhirnya kecurigaannya tersebut memuncak saat Belanda membawa banyak pasukannya dan membujuk rakyat untuk patuh terhadap perintah Belanda. Melihat kejadian itu Sisingamangara langsung bertindak cepat. Pada bulan Februari tahun 1878, ia mengerahkan pasukan untuk menyerang Belanda yang berada di Bahal Batu dekat Tarutung. Akibatnya terjadilah pertarungan yang sangat sengit kala itu antara pasukan Belanda dan pasukan Sisingamangaraja. Akibat peperangan tersebut secara cepat juga pertempuran menyebar ke daerah-daerah lainnya seperti Balige, Bakkara, Sidikalang, dan Dairi.

Puncaknya pada tahun 1904, Belanda berhasil menaklukkan daerah Tapanuli dan mengepung pasukan Sisingamangaraja. Namun dengan cerdiknya ia berhasil meloloskan diri dan bersembunyi jauh dari jangkauan Belanda. Belanda sangat kewalahan dan kesulitan untuk menangkap Sisingamangaraja. Pasalnya Sisingamangaraja menggunakan strategi gerilya dalam berperang melawan Belanda. Ia sangat menguasai medan pertempuran dan berhasil memanfaatkan pegunungan dan hutan untuk menghindari peperangan terbuka. Selain itu Sisingamangaraja dan pasukannya juga bisa memaksimalkan penggunaan senjata tradisional seperti tombak, busur, parang, dan sumpit yang ujungnya diberi racun.

Akhir hidup

Pada 17 Juni 1907, Sisingamangaradja XII tewas dalam peperangan di Dairi bersama putrinya Lopian, dan kedua putranya, Patuan Nagari dan Patuan Anggi.  Ia disergap oleh sekelompok anggota dari pasukan khusus Belanda, Korps Marsose. Ia menghadapi pasukan Korps Marsose sembari memegang senjata Piso Gaja Dompak. Kopral Souhoka, pasukan Belanda, yang merupakan penembak jitu, mendaratkan tembakannya ke kepala Sisingamangaradja XII tepat di bawah telinganya.

Penghargaan

Sebagai penghargaan atas jasa Sisingamangaraja XII, beberapa tugu didirikan untuknya di beberapa daerah di Sumatera Utara, di antaranya Markas Sisingamangaraja di Parlilitan, Humbang Hasundutan dan di Monumen Sisingamangaraja XII di Medan.

Kesimpulan

Sisingamangaraja XII adalah sosok pahlawan yang patut diteladani. Perjuangannya melawan kolonialisme Belanda telah menginspirasi banyak generasi. Kisah hidupnya menjadi pengingat bagi kita akan pentingnya mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa